Kelangkaan LPG 3 Kg di Kalimantan Timur: Warga Terpaksa Membayar Harga Tinggi

Kamis, 16 Januari 2025 | 10:14:55 WIB
Kelangkaan LPG 3 Kg di Kalimantan Timur: Warga Terpaksa Membayar Harga Tinggi

Kelangkaan gas LPG 3 Kg kembali melanda beberapa daerah di Kalimantan Timur dan juga di Ibu Kota Nusantara (IKN). Kondisi ini membuat harga LPG bersubsidi melonjak hingga mencapai Rp 50 ribu per tabung di berbagai tempat, membuat masyarakat harus menanggung beban mahal untuk kebutuhan dasar mereka.

Fenomena kelangkaan gas tersebut dilaporkan terjadi di sejumlah daerah, seperti Sangatta, Kota Balikpapan, Samarinda, dan IKN. Warga mengeluhkan tidak hanya lonjakan harga yang memberatkan, tetapi juga kesulitan mendapatkan gas meskipun sudah berkeliling dari satu pangkalan ke pangkalan lain.

Arbiniah Santi (27), seorang ibu rumah tangga di Sangatta, Kutai Timur, merasakan dampak langsung dari krisis ini. Ia mengungkapkan kekecewaannya setelah mengalami kesulitan dalam mencari tabung gas LPG 3 Kg di pangkalan resmi. "Kita sudah berusaha mencari di pangkalan-pangkalan resmi, tapi tetap tidak ada. Terpaksa cari di kios-kios pinggir jalan, tapi harganya ada yang Rp 40 ribu sampai Rp 50 ribu," keluh Arbiniah.

Tidak hanya masyarakat biasa, pelaku usaha kecil juga mengalami dampak serius akibat kelangkaan ini. Ismail (47), seorang pedagang kelapa, menceritakan bagaimana ia berkeliling menggunakan sepeda ontel untuk mencari gas LPG 3 Kg demi melanjutkan usahanya. "Kalau sudah begini kesempatan bagi penimbun untuk mendapat harga yang tinggi. Kalau seperti kami ini tidak bisa masak. Kalau dipaksa beli tabung yang besar kami tidak sanggup," ujarnya dengan nada frustrasi.

Seorang warga IKN, Ariansyah (45), juga menyoroti kesulitan mendapatkan LPG di wilayah yang semestinya memiliki akses lebih mudah terhadap energi karena kedekatannya dengan kilang besar di Balikpapan. "Di IKN ini, pertalite dan pertamax saja bisa habis, apalagi gas LPG 3 kilo. Kami ini kalau ditawari gas dengan harga 50 ribu tetap kami ambil, karena kami butuh. Padahal pendapatan kami di sini rata-rata cuma petani," jelas Ariansyah.

Penyebab dan Keresahan Masyarakat

Munculnya kelangkaan ini mengundang tanda tanya di kalangan masyarakat terkait penyebab pastinya. Sebagian besar warga mempertanyakan kenapa pasokan gas bisa langka padahal kilang gas terbesar ada di Balikpapan. Mereka mencurigai adanya oknum atau permasalahan distribusi yang menghambat suplai ke masyarakat. "Di mana gas itu diambil kalau bukan daerah kita sendiri, tapi kita kesulitan dapat gas. Kalau memang ada oknum yang bermain, lantas kenapa tidak ditindak dan kenapa tidak dicari. Kalau begini, siapa mau tanggung jawab," ungkap Mahyudin (49) dari Samarinda.

Situasi ini semakin memicu kecemasan publik karena belum ada kepastian kapan kondisi akan kembali normal dan bagaimana pemerintah akan menanggapi krisis ini. Kepastian dari pihak berwenang sangat ditunggu-tunggu oleh masyarakat yang bergantung pada LPG 3 Kg untuk kebutuhan rumah tangga dan usahanya.

Peran Pemerintah dan Solusi Diharapkan

Banyak pihak berharap agar pemerintah daerah maupun pusat segera turun tangan menyelesaikan masalah ini. Pemantauan distribusi dan pengawasan ketat terhadap penimbunan ilegal harus dilakukan untuk memastikan bahwa gas LPG 3 Kg dapat didistribusikan secara merata dan sesuai harga eceran tertinggi yang telah ditentukan.

Selain itu, edukasi kepada masyarakat mengenai titik-titik distribusi resmi dan langkah-langkah darurat yang dapat diambil sementara waktu bisa meringankan beban warga. Penyediaan solusi alternatif energi juga menjadi perhatian penting dalam upaya jangka panjang untuk menghindari krisis serupa di masa depan.

Pentingnya peran serta pihak berwenang tidak hanya sebatas penindakan tegas terhadap oknum pelaku penimbunan, tetapi juga dengan memberikan informasi yang transparan kepada masyarakat. Dengan keterbukaan informasi, masyarakat diharapkan dapat lebih tenang menghadapi situasi dan tidak terjebak dalam pusaran kelangkaan yang sama di kemudian hari.

Dampak di Tingkat Lokal dan Harapan

Kelangkaan ini tidak hanya berdampak pada kebutuhan sehari-hari masyarakat tetapi juga menimbulkan efek domino pada ekonomi lokal. Bisnis kecil yang mengandalkan penggunaan LPG 3 Kg sebagai sumber energi utama menghadapi ancaman besar terhadap keberlanjutan usaha mereka, dan dalam jangka panjang hal ini dapat mempengaruhi perekonomian suatu daerah.

Harapan masyarakat terhadap tindakan pemerintah sangat besar. Penyelesaian krisis ini bukan hanya tentang pemulihan pasokan, tetapi juga pembelajaran untuk penanganan krisis energi di masa mendatang. Kolaborasi antara pemerintah, industri, dan masyarakat menjadi kunci penting dalam menjaga stabilitas dan ketersediaan sumber daya energi bagi seluruh lapisan masyarakat, terutama mereka yang paling membutuhkan.

Dengan langkah penanganan yang tepat dan cepat, diharapkan kelangkaan LPG 3 Kg ini bukan hanya dapat diatasi dalam waktu dekat, tetapi juga mencegah terulangnya krisis serupa sehingga masyarakat dapat hidup dengan lebih tenang dan produktif.

Terkini