Harga Minyak Mentah Meroket: Sanksi Rusia dan Stok Menipis di AS Mendorong Kenaikan

Kamis, 16 Januari 2025 | 08:38:38 WIB
Harga Minyak Mentah Meroket: Sanksi Rusia dan Stok Menipis di AS Mendorong Kenaikan

JAKARTA – Harga minyak mentah dunia mencatatkan lonjakan tajam, menembus level US$80 per barel pada perdagangan Rabu, 15 Januari 2025, pertama kalinya sejak Agustus 2024. Kenaikan ini dipicu oleh penurunan signifikan stok minyak Amerika Serikat (AS) dan sanksi baru terhadap Rusia yang mengguncang rantai pasokan minyak mentah global.

Menurut data Bloomberg, harga minyak mentah berjangka Brent ditutup menguat US$2,11 atau 2,64% mencapai level US$82,03 per barel, angka tertinggi sejak Agustus 2024. Di sisi lain, minyak mentah AS, West Texas Intermediate (WTI), naik US$2,54 atau 3,28%, mengakhiri perdagangan di level US$80,04 per barel, tertinggi sejak Juli 2024.

Kenaikan harga minyak ini dipengaruhi tindakan negara-negara seperti India yang melarang penggunaan kapal tanker Rusia terkait sanksi. Perusahaan di China telah mengambil langkah antisipatif terhadap gangguan pasokan dengan meningkatkan pembelian kargo dari Timur Tengah dan kawasan lainnya. Lonjakan biaya pengiriman dan pergeseran pola harga fisik minyak di AS turut mempercepat kenaikan harga minyak.

Untuk memahami kondisi lebih jelas, Dennis Kissler, Wakil Presiden Senior BOK Financial Securities menyatakan, "Kenaikan harga minyak saat ini diperkirakan akan mencapai puncaknya pada angka US$81 per barel. Indikator teknis menunjukkan harga minyak mendekati zona overbought pada indeks kekuatan relatif selama 14 hari."

Sanksi terhadap Rusia dan Dampaknya terhadap Pasar Minyak Global

Sanksi terbaru terhadap Rusia, yang dikenal sebagai salah satu produsen minyak terbesar di dunia, telah memperburuk ketidakstabilan pasar. Dengan semakin banyak negara yang menolak minyak Rusia, kekhawatiran terhadap penurunan pasokan global semakin menguat. Hal ini menjadi faktor utama yang mendorong harga minyak lebih tinggi.

Di AS, stok minyak mentah turun ke level terendah sejak April, situasi ini membalikkan perkiraan surplus global yang signifikan. Selama delapan pekan terakhir, penurunan stok minyak AS menjadi perhatian utama, menunjukkan pengetatan pasokan di salah satu pasar energi terbesar di dunia.

Kolapsnya Jaringan Pipa dan Pengaruhnya terhadap Harga Bensin di AS

Harga bensin berjangka di AS turut melonjak ke level tertinggi sejak Agustus. Insiden penghentian operasi salah satu jaringan pipa bahan bakar terbesar di AS, Colonial Pipeline Co., karena dugaan kebocoran di Georgia, menambah tekanan pada harga. Pipeline ini umumnya mengangkut sekitar 1,5 juta barel bensin per hari dari Houston ke Greensboro dan diperkirakan akan tidak beroperasi hingga akhir pekan, sebuah kondisi yang memperburuk situasi pasar energi AS.

Prediksi dan Kebijakan Baru Pemimpin Dunia

Badan Energi Internasional (IEA) pada hari Rabu merevisi prediksi surplus pasar minyak global. Proyeksi terbaru menunjukkan peningkatan stok sebesar 725.000 barel per hari, lebih rendah dibandingkan estimasi sebelumnya lebih dari 1 juta barel per hari. Hal ini menjadi perhatian pasar yang sedang menganalisis dampak kebijakan Presiden terpilih Donald Trump di masa jabatan keduanya. Kebijakan tersebut meliputi memperketat ekspor minyak Iran, kemungkinan pengenaan tarif baru untuk minyak Kanada, serta insentif produksi domestik.

Dampak Gencatan Senjata di Timur Tengah terhadap Pasar Minyak

Meskipun kesepakatan gencatan senjata antara Israel dan Hamas dicapai, yang membawa jeda sementara bagi konflik selama 15 bulan yang sebelumnya memengaruhi perdagangan minyak global, pasar minyak tidak terlalu bereaksi. Pasar telah memperhitungkan kemungkinan ini sejak rancangan kesepakatan diumumkan sehari sebelumnya.

Kenaikan harga minyak ini menggambarkan kondisi pasar global yang sensitif terhadap faktor geopolitik dan perubahan kebijakan. Ketidakpastian yang dipicu oleh sanksi terhadap Rusia, perubahan stok minyak AS, dan ketegangan di Timur Tengah menjadi faktor penting dalam dinamika harga minyak mentah. Dengan pasar yang mengamati kebijakan baru dari pemerintahan Presiden terpilih Donald Trump, arah pergerakan harga minyak ke depan menjadi perbincangan hangat di kalangan ekonom dan pelaku industri energi.

Strategi Pasar dan Pencegahan Risiko

Para pelaku industri sekarang menghadapi tantangan untuk menangani volatilitas harga ini. Beberapa perusahaan mungkin harus melakukan hedging atau kontrak berjangka untuk melindungi diri dari fluktuasi pasar. Selain itu, perusahaan di Asia dan Eropa terus mencari alternatif untuk memastikan pasokan yang stabil, termasuk menjajaki diversifikasi asal minyak mentah mereka.

Kondisi pasar ini menuntut para pemain di industri energi untuk tetap waspada dan terus memantau perkembangan geopolitik serta kebijakan internasional yang dapat memengaruhi harga minyak. Dengan demikian, strategi jangka panjang dan analisis yang cermat menjadi kunci keberhasilan dalam menghadapi tantangan di pasar minyak mentah global yang semakin kompleks dan dinamis.

Terkini