Satgas Hilirisasi dan Ketahanan Energi Fokus Tingkatkan Investasi, Dorong Pembangunan Industri Energi Nasional

Jumat, 17 Januari 2025 | 16:15:19 WIB
Satgas Hilirisasi dan Ketahanan Energi Fokus Tingkatkan Investasi, Dorong Pembangunan Industri Energi Nasional

Jakarta - Satuan Tugas (Satgas) Hilirisasi dan Ketahanan Energi, yang dipimpin oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia, menegaskan komitmennya untuk meningkatkan investasi serta nilai tambah di sektor energi. 

Dalam rapat perdana yang berlangsung pada Jumat, 17 Januari 2025, di Kantor Kementerian ESDM, Bahlil menekankan pentingnya percepatan hilirisasi industri dan ketahanan energi sebagai dasar pembangunan ekonomi nasional.

“Rapat ini bertujuan merumuskan langkah strategis sesuai arahan Presiden Prabowo Subianto. Hilirisasi harus menjadi pemicu pertumbuhan ekonomi, menciptakan lapangan kerja, dan memberikan nilai tambah yang sepenuhnya dikelola di dalam negeri,” ujar Bahlil dalam pernyataan resminya.

Dalam rapat yang berlangsung dua jam tersebut, Bahlil mengungkapkan bahwa Satgas Hilirisasi dan Ketahanan Energi telah merancang peta jalan (roadmap) yang ambisius untuk lima tahun ke depan. Fokus utama dari kepemimpinan ini adalah untuk meningkatkan investasi ke sektor energi serta mengurangi ketergantungan pada impor, terutama pada sektor-sektor yang memberikan kontribusi strategis bagi pertumbuhan ekonomi nasional.

Salah satu inisiatif yang menjadi sorotan adalah pemanfaatan biodiesel. Saat ini, Indonesia sukses memproduksi biodiesel B40 dan mematok target ambisius untuk implementasi biodiesel B50 pada tahun 2025. Peningkatan ini memerlukan pasokan bahan campuran utama berupa metanol dan etanol. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, pemerintah akan membangun pabrik metanol berbasis gas di Bojonegoro dan pabrik etanol berbasis tanaman tebu yang berlokasi di Jawa dan Merauke.

“Semua proses akan dilakukan di dalam negeri agar nilai tambahnya tidak jatuh ke pihak asing,” tegas Bahlil, menegaskan bahwa Indonesia perlu memaksimalkan potensi sumber daya domestik untuk kepentingan nasional.

Selain itu, strategi untuk mengatasi defisit LPG juga menjadi agenda utama. Konsumsi LPG domestik mencapai 8 juta ton per tahun, sedangkan produksi dalam negeri baru menyentuh angka 1,4 juta ton. Ketergantungan impor yang mencapai 6–7 juta ton perlu segera diatasi. Menyikapi hal ini, Presiden Prabowo telah memberikan instruksi untuk membangun fasilitas LPG berbasis gas C3 dan C4 dengan kapasitas produksi 1,7 juta ton. Langkah ini diharapkan mampu menopang upaya pengurangan impor dan memperkuat ketahanan energi nasional.

Sebagai tambahan, perluasan jaringan gas (jargas) untuk rumah tangga juga menjadi prioritas. Inisiatif ini tidak hanya bertujuan mengurangi penggunaan LPG, tetapi juga diharapkan dapat meningkatkan akses energi yang lebih hemat dan efisien bagi masyarakat.

Dalam kesempatan yang sama, Bahlil juga menjelaskan bahwa pihaknya akan terus berkoordinasi dengan berbagai pemangku kepentingan untuk memangkas kendala birokratis yang kerap menghadang pelaksanaan hilirisasi.

Berita terkait lainnya menyebutkan bahwa pengusaha smelter meminta Satgas Hilirisasi agar kembali meninjau perizinan yang ada saat ini. Keluhan ini menjadi tantangan tersendiri bagi Bahlil dan timnya dalam usaha mengakselerasi hilirisasi yang telah dicanangkan.

Keberhasilan Satgas Hilirisasi dan Ketahanan Energi dalam melaksanakan tugasnya tidak hanya akan menentukan lanskap energi Indonesia ke depan, tetapi juga memberikan kontribusi signifikan dalam mempercepat pertumbuhan ekonomi nasional yang berkelanjutan.

Ke depannya, pelaksanaan strategi ini menuntut dukungan dari seluruh elemen masyarakat dan kesiapan dari setiap sektor terkait. Dengan langkah yang tepat, Indonesia diharapkan akan mampu mencapai kemandirian energi serta berdaya saing di pasar global. Dukungan kebijakan dan implementasi yang terarah diharapkan dapat memacu perkembangan sektor energi menjadi motor penggerak ekonomi yang handal.

Terkini