JAKARTA - Harga batu bara menghadapi tekanan signifikan di pasar global pada Rabu, 15 Januari 2025, didorong oleh peningkatan produksi di China yang menggeser keseimbangan antara penawaran dan permintaan. Harga batu bara Newcastle mengalami penurunan, memperlihatkan tren menurun yang cukup mengkhawatirkan bagi pelaku industri.
Harga batu bara Newcastle untuk pengiriman Januari 2025 mengalami penurunan sebesar US$ 0,95, menetap di harga US$ 114,45 per ton. Penurunan ini berlanjut untuk pengiriman Februari 2025, di mana harga turun US$ 1,7 menjadi US$ 114,6 per ton. Bahkan, untuk pengiriman Maret 2025, harga merosot lebih dalam hingga US$ 1,75, bertengger di US$ 117,15 per ton.
Dalam konteks yang berbeda, harga batu bara Rotterdam justru menunjukkan peningkatan harga. Untuk pengiriman Januari 2025, harga naik US$ 1 menjadi US$ 106,35 per ton. Sementara untuk Februari 2025, harga menguat sebesar US$ 0,5 menjadi US$ 104,25, dan Maret 2025 naik tipis US$ 0,2 menjadi US$ 103,1 per ton.
Peningkatan Produksi dan Dampaknya
Lonjakan produksi batu bara di China menjadi katalis utama penurunan harga batu bara Newcastle, sebagaimana diungkapkan oleh Asosiasi Transportasi dan Distribusi Batu Bara China (CCTDA). Mereka mengumumkan bahwa produksi batu bara diprediksi meningkat 1,5% menjadi 4,82 miliar ton pada 2025, setelah mencatatkan rekor produksi di tahun sebelumnya. "Peningkatan kapasitas penambangan diperlukan untuk menghindari risiko berkurangnya pasokan akibat pembatasan emisi karbon dan penutupan tambang akibat pelanggaran protokol keselamatan," ujar perwakilan dari CCTDA.
Produksi batu bara yang meningkat ini tidak hanya untuk memenuhi permintaan domestik, tetapi juga untuk menghindari risiko kekurangan pasokan. Namun, di sisi lain, stok batu bara di sektor utilitas mencapai tingkat tertinggi, meningkat 12% dalam dua bulan hingga Oktober 2024. Kondisi ini menambah tekanan pada harga di tengah kekhawatiran bahwa langkah stimulus Beijing mungkin tidak cukup untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan permintaan energi.
Dampak Curah Hujan dan Utilitas
Salah satu faktor eksternal yang turut mempengaruhi penurunan permintaan batu bara adalah curah hujan yang melimpah di pusat-pusat manufaktur utama China. Hal ini mengakibatkan pembangkit listrik tenaga air menjadi pilihan utama dibandingkan pembangkit listrik berbahan bakar batu bara. Dengan ketersediaan air yang melimpah, utilitas lebih cenderung mengandalkan sumber energi yang lebih ekonomis dan ramah lingkungan ini.
Impor Batu Bara India dan Kemandirian Energi
Di tempat lain, impor batu bara India menunjukan tren penurunan yang cukup signifikan. Dalam periode April hingga Oktober 2024, impor batu bara untuk campuran menurun sebesar 19,5%, didorong oleh peningkatan produksi batu bara domestik sebesar 6,04%. Langkah ini menunjukkan kemajuan India dalam mencapai kemandirian energi, mengurangi ketergantungan pada impor batu bara.
Kementerian Batu Bara India menegaskan bahwa penurunan impor batu bara ini mencerminkan upaya strategis India untuk meningkatkan produksi batu bara dalam negeri. "Penurunan ini adalah bukti nyata dari komitmen kami untuk mengurangi ketergantungan energi impor dan meningkatkan kemandirian energi nasional," kata juru bicara Kementerian Batu Bara India.
Meskipun demikian, pembangkit listrik berbasis batu bara di India mengalami kenaikan produksi sebesar 3,87%, mengindikasikan permintaan domestik yang masih kuat. Namun, efisiensi dan inovasi dalam produksi domestik tetap menjadi prioritas pemerintah India ke depannya.
Fluktuasi harga batu bara global, khususnya di Asia, yang dipicu oleh peningkatan produksi di China dan penurunan impor India, menunjukkan dinamika pasar yang kompleks yang memerlukan perhatian lebih dari para pelaku industri. Dengan tantangan lingkungan yang semakin mendesak dan pergeseran geopolitik dalam sektor energi, masa depan batu bara sebagai komoditas utama energi dunia terus diuji. Di tengah perubahan ini, negara-negara utama seperti China dan India mengkalibrasi kembali strategi mereka untuk mencapai keseimbangan antara pemenuhan kebutuhan energi nasional dan tanggung jawab lingkungan.
Strategi Masa Depan
Diperlukan pendekatan yang lebih berkelanjutan bagi negara-negara produsen dan konsumen batu bara. Peluang untuk transisi ke sumber daya energi yang lebih ramah lingkungan dan terbarukan harus dipertimbangkan dengan serius. Dengan demikian, mereka dapat mencapai kemandirian energi yang lebih besar sambil mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan global.