MAUARA ENIM - Lima flyover yang direncanakan di Muara Enim, Sumatera Selatan, siap dibangun tahun ini, menjadi tonggak penting dalam upaya pemerintah untuk meningkatkan produksi batu bara di kawasan tersebut. Anggaran pengadaan infrastruktur strategis ini berasal dari APBN, APBD, serta dukungan dana dari BUMN PT Kereta Api Indonesia (KAI) dan PT Bukit Asam (PTBA). Rencana ini digadang mampu menjadi katalisator pertumbuhan ekonomi di kawasan Muara Enim, sekaligus mendorong peningkatan produktivitas eksplorasi batu bara hingga mencapai 34 juta ton.
"Hari ini saya pastikan lima flyover itu harus dibangun. Kalau bisa dibangun tahun ini atau tahun depan sehingga pada 2027 nanti, 34 juta ton batu bara bisa keluar dari Muara Enim," tegas Penjabat Gubernur Sumatera Selatan, Elen Setiadi, saat diwawancarai pada Selasa, 14 Januari 2025.
Pernyataan ini menegaskan komitmen pemerintah dalam memaksimalkan potensi sumber daya alam yang ada, khususnya batu bara, yang selama ini terhambat oleh keterbatasan infrastruktur transportasi. Menurut Elen, angkutan kereta api oleh PT KAI saat ini hanya mampu mengangkut 55 juta ton dan perusahaan swasta sebanyak 84 juta ton per tahun, yang disebutnya sudah berada di kapasitas maksimal.
"Dengan adanya lima flyover ini, kita tidak hanya membuka potensi tambahan 34 juta ton batu bara yang bisa dieksplorasi, tetapi juga mendongkrak nilai manfaat dari Dana Bagi Hasil (DBH) menjadi keuntungan sebesar Rp 270 miliar," jelas Elen Setiadi.
Selain mengatasi kendala transportasi, pembangunan infrastruktur ini diproyeksikan memberikan dampak ekonomi yang signifikan bagi masyarakat sekitar. Elen memperkirakan multiplier effect terhadap perekonomian bisa mencapai Rp 2 triliun. "Ditambah lagi lapangan kerja yang akan tercipta, baik langsung maupun tidak langsung, berkisar antara 150 ribu hingga 200 ribu orang," tambah Elen.
Elen menegaskan potensi besar ini bisa saja hilang tak termanfaatkan jika flyover-flyover tersebut tidak segera direalisasikan. Pembebasan lahan di daerah-daerah strategis seperti simpang Belimbing, Ujan Mas, Gunung Megang, dan ruas jalan Sudirman pun telah mendapatkan perhatian serius. Dia mengungkapkan bahwa APBD Sumsel melalui anggaran bantuan keuangan bersifat khusus (BKBK) telah dialokasikan kira-kira sebanyak Rp 45 miliar untuk proses pembebasan lahan ini.
"Mungkin sekitar Rp 45 miliar dana dari BKBK untuk pembebasan lahan. Kalau tanah KAI, itu menjadi tanggung jawab mereka. Sementara kami tidak dapat menunggu alokasi dari APBD perubahan Muara Enim yang memakan waktu lama, oleh sebab itu, Pemprov Sumsel harus turun tangan. Ini termasuk dalam Proyek Strategis Nasional (PSN)," ujarnya.
Keberadaan flyover-flyover ini juga diharapkan mempercepat laju distribusi barang dan jasa serta meningkatkan konektivitas antardaerah, yang pada akhirnya memicu pertumbuhan ekonomi lokal dan regional. Strategi ini menunjukkan tekad pemerintah untuk menjadikan Sumatera Selatan sebagai salah satu pusat pengembangan batu bara terkemuka di Indonesia.
Proyek ini pun dinilai tidak hanya meningkatkan daya saing industri pertambangan di Sumatera Selatan, namun juga berkomitmen dalam pengelolaan yang berkelanjutan guna menjamin keberlangsungan manfaat ekonomi sosio-lingkungan bagi generasi mendatang.
Masyarakat sekitar menyambut baik rencana pembangunan flyover ini dengan harapan akan ada peningkatan aksesibilitas dan percepatan infrastruktur lokal lainnya. Optimalisasi potensi batu bara ini tentunya tidak hanya akan membawa dampak positif secara ekonomi, tetapi juga membuka peluang-peluang baru dalam sektor-sektor penunjang lainnya seperti transportasi, perdagangan, dan jasa.
Seiring dengan upaya pembangunan flyover ini, penting bagi pemerintah dan pihak terkait untuk mengedepankan pendekatan pembangunan yang ramah lingkungan. Konsistensi kebijakan dan upaya mitigasi dampak lingkungan harus selalu menjadi prioritas agar pengembangan ini tidak melupakan aspek keberlanjutan.
Berkat dukungan berbagai pihak, mulai dari pemerintah pusat, daerah, hingga BUMN, rencana pembangunan lima flyover ini diharapkan dapat berjalan lancar sesuai jadwal, sehingga manfaat yang diharapkan dapat segera dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat di Muara Enim dan sekitarnya.
Dengan reformasi infrastuktur yang dibangun secara terstruktur dan terintegrasi, Sumatera Selatan tak hanya menjadi pionir dalam industri batu bara tetapi juga menjadi daerah yang mampu mengelola kekayaan sumber daya alamnya secara optimal demi kesejahteraan masyarakat.