Minyak

Gencatan Senjata di Gaza Mendekat, Harga Minyak Mentah Melemah Signifikan

Gencatan Senjata di Gaza Mendekat, Harga Minyak Mentah Melemah Signifikan
Gencatan Senjata di Gaza Mendekat, Harga Minyak Mentah Melemah Signifikan

JAKARTA – Harga minyak mentah global mengalami penurunan tajam setelah adanya kabar bahwa Hamas dan Israel secara tentatif menyetujui gencatan senjata di Gaza. Langkah menuju perdamaian ini berhasil meredakan kekhawatiran pasar yang sebelumnya melonjak akibat ketegangan geopolitik, terutama berkenaan dengan pasokan minyak dari Rusia dan Iran.

Menurut laporan dari Bloomberg pada Rabu, 15 Januari 2025, harga minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak Februari 2025, turun sebesar 1,67% atau setara dengan US$1,32, sehingga mencapai level US$77,50 per barel. Penurunan ini terjadi setelah laporan dari CBS menyebutkan bahwa Hamas dan Israel telah sepakat pada rancangan gencatan senjata serta pembebasan sandera, yang diharapkan dapat mengakhiri konflik yang telah berlangsung selama lebih dari 15 bulan dan memengaruhi pasar minyak global secara signifikan.

Sementara itu, harga minyak mentah patokan Brent untuk pengiriman Maret 2025 juga mengalami pelemahan, turun sebesar US$1,09 atau 1,35% menjadi US$79,92 per barel. Meskipun demikian, data menunjukkan bahwa indeks kekuatan relatif minyak mentah telah berada dalam zona overbought sejak awal tahun, menandakan adanya potensi koreksi harga di masa mendatang.

Efek Gencatan Senjata Terhadap Pasar Minyak

Seiring dengan berita positif dari Gaza, perhatian investor juga tertuju pada sanksi baru Amerika Serikat terhadap Rusia, yang menyebabkan fluktuasi besar dalam pasar minyak global di awal tahun. Analis komoditas dari TD Securities, Daniel Ghali, menyatakan bahwa investor algoritmik, seperti commodity trading advisers (CTA), mulai menunjukkan tanda-tanda jenuh beli. "Model simulasi harga kami menunjukkan bahwa tidak ada skenario di mana CTA akan menambah posisi panjang mereka di WTI. Oleh karena itu, premi risiko pasokan akibat sanksi perpisahan Presiden Biden terhadap Rusia perlu terus meningkat untuk mempertahankan harga," jelas Ghali.

Dalam dua hari terakhir, harga minyak WTI telah meningkat 6,6%, ditambah dengan lonjakan tarif pengiriman minyak yang mencatatkan kenaikan terbesar dalam beberapa bulan. Lonjakan ini dipicu oleh kebijakan terbaru Washington yang menargetkan sekitar 160 kapal tanker yang terlibat dalam perdagangan minyak dari Rusia. Dampak dari sanksi baru AS ini memang belum sepenuhnya dirasakan, namun langkah tersebut diantisipasi akan mengubah arus perdagangan global dan memaksa konsumen di Asia, termasuk kilang di India dan Cina, untuk mencari pasokan alternatif.

Kekhawatiran Pasar dan Harapan Baru

Tanda-tanda awal gangguan pasokan sudah mulai terlihat. Sebuah sumber dari pemerintah India mengonfirmasi bahwa kapal-kapal yang terkena sanksi tidak akan diizinkan untuk berlabuh di negara tersebut, meskipun kilang milik negara tetap optimis bahwa Rusia akan menemukan solusi untuk masalah ini. "Kemungkinan minyak Rusia tetap mencapai pasar tujuannya mengurangi sebagian kekhawatiran gangguan pasokan," ungkap Rebecca Babin, analis utama dan pedagang senior di CIBC Private Wealth Group.

Selain itu, Perdana Menteri Alberta, Danielle Smith, memperingatkan bahwa tarif minyak dari kebijakan Trump tidak akan memberikan pengecualian bagi Kanada. "Amerika Serikat mengimpor lebih dari separuh kebutuhan minyak mentahnya dari Kanada, sebagian besar dari Alberta," jelasnya. Kanada, khususnya provinsi Alberta, memainkan peran penting dalam memenuhi kebutuhan minyak mentah AS, dan perubahan tarif ini dapat memberikan dampak signifikan.

Dinamika Pasar di Tengah Ketidakpastian

Para pelaku pasar minyak kini tengah mengevaluasi perkembangan terbaru sebelum menentukan langkah selanjutnya. Gencatan senjata di Gaza memberikan secercah harapan akan stabilitas, namun dinamika pasar tetap dipengaruhi oleh ketidakpastian geopolitik yang melibatkan negara-negara penghasil minyak besar. Keputusan strategis oleh produsen minyak untuk menyesuaikan produksi guna menyeimbangkan pasokan dan permintaan global menghadirkan tantangan tersendiri, terutama dalam merespons kebijakan pemerintah dan fluktuasi ekonomi global.

Dengan adanya prospek positif dari gencatan senjata di Gaza, diharapkan pasar minyak dapat bergerak menuju keseimbangan yang lebih stabil. Namun, investor dan pemangku kebijakan perlu tetap waspada terhadap perkembangan geopolitik dan siap beradaptasi dengan perubahan yang terjadi di pasar energi dunia. Analisis mendalam dan pengambilan keputusan yang tepat waktu menjadi kunci dalam mengatasi tantangan yang muncul di sektor ini.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index