Minyak

Harga Minyak Melonjak di Awal 2025: Rekomendasi Saham Migas Menggeliat di Tengah Gejolak Pasar

Harga Minyak Melonjak di Awal 2025: Rekomendasi Saham Migas Menggeliat di Tengah Gejolak Pasar
Harga Minyak Melonjak di Awal 2025: Rekomendasi Saham Migas Menggeliat di Tengah Gejolak Pasar

JAKARTA — Memasuki awal 2025, harga minyak mentah dunia kembali melonjak, memberikan dorongan signifikan terhadap harga saham emiten minyak dan gas (migas). Namun, para investor dan pelaku pasar diminta untuk tetap berhati-hati mengingat potensi fluktuasi harga minyak yang masih kuat. Lonjakan harga minyak ini menambah dinamika di pasar saham, menjadikannya ladang subur bagi spekulasi dan strategi investasi yang cermat.

Harga Minyak Meroket, Brent dan WTI Jadi Sorotan

Mengacu pada data terkini dari Trading Economics, selama sebulan terakhir harga minyak West Texas Intermediate (WTI) mengalami peningkatan sebesar 9,6%, mencapai harga US$ 78,6 per barel. Sementara itu, minyak Brent melambung 8%, menembus harga US$ 80,7 per barel hingga perdagangan pada Selasa, 14 Januari 2025. Hal ini terutama dipengaruhi oleh sanksi berat yang dijatuhkan Amerika Serikat (AS) terhadap industri migas Rusia.

Ryan Winipta dan Reggie Parengkuan, analis dari Indo Premier Sekuritas, mengamati bahwa sanksi tersebut telah menaikkan harga minyak Brent hingga mendekati kisaran US$ 81 per barel, meningkat sekitar 9% secara year to date. "Sanksi terhadap Rusia termasuk sektor jasa dan perusahaan minyak besar seperti Gazprom Neft dan Surgutneftegas, serta lebih dari 180 kapal tanker turut berkontribusi pada kenaikan harga ini," ungkap mereka dalam riset yang dirilis Senin, 13 Januari 2025.

Dampak Geopolitik dan Faktor Penggerak Harga Minyak

Situasi ini menimbulkan kekhawatiran akan gangguan pasar global dan memaksa negara-negara yang selama ini mengandalkan impor minyak dari Rusia, seperti India, untuk mencari sumber alternatif dari Timur Tengah dan AS. Ryan dan Reggie mencatat tiga faktor kunci yang dapat mempengaruhi pergerakan harga minyak mentah dunia di masa depan.

Pertama, kemungkinan pelonggaran sanksi terhadap Rusia jika terjadi perubahan politik di AS di bawah kepemimpinan Presiden Donald Trump. Kedua, pemanfaatan kapasitas cadangan oleh negara-negara anggota OPEC+ untuk mengejar peluang kenaikan harga minyak. Ketiga, adanya potensi rekonsiliasi antara Rusia dan Ukraina. "Di luar sanksi, secara fundamental kami melihat minyak masih relatif netral," jelas Ryan dan Reggie.

Research Analyst dari Lotus Andalan Sekuritas, Muhammad Thoriq Fadilla, turut menegaskan bahwa sanksi AS terhadap Rusia adalah sentimen utama yang menggerakkan pasar dan harga minyak dunia. "Ketergantungan Indonesia pada impor minyak membuatnya rentan terhadap kenaikan harga, yang dapat meningkatkan biaya operasional bagi perusahaan migas domestik," terangnya kepada Kontan.co.id pada Selasa, 14 Januari 2025.

Lonjakan Harga Sektor Migas: Peluang dan Rekomendasi Saham

Equity Research Christian Sitorus dari MNC Sekuritas menyoroti penundaan peningkatan produksi minyak dari OPEC+ hingga Maret 2025. Peningkatan yang dijadwalkan sebesar 180.000 barel per hari akhirnya ditunda hingga April 2025, dengan rencana roll out yang bertahap. Christian memproyeksikan harga Brent dapat bergerak dalam rentang US$ 82 - US$ 84 per barel pada kuartal I-2025, sementara WTI diperkirakan antara US$ 78,5 - US$ 80 per barel.

Dalam menghadapi gejolak pasar, Sukarno Alatas, Head of Equity Research Kiwoom Sekuritas Indonesia, memperkirakan jika harga WTI mampu bertahan di atas US$ 77, maka kemungkinan uptrend menuju US$ 80 per barel masih terbuka lebar pada kuartal I-2025. "Pergerakan harga minyak dalam jangka pendek kadang langsung memengaruhi harga saham migas, kadang juga tidak," ujar Sukarno, mengingatkan pentingnya kewaspadaan dalam berinvestasi.

Sukarno menyarankan strategi trading buy pada beberapa saham migas unggulan seperti PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG), PT Elnusa Tbk (ELSA), PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC), dan PT Rukun Raharja Tbk (RAJA). Target harga yang dicapai masing-masing adalah Rp 270 - Rp 280 untuk ENRG, Rp 462 - Rp 476 untuk ELSA, Rp 1.250 - Rp 1.280 untuk MEDC, dan Rp 3.500 - Rp 3.800 untuk RAJA.

Strategi Investasi dan Outlook Sektor Migas

Thoriq menyematkan rekomendasi beli untuk saham MEDC dan ELSA, masing-masing dengan strategi swing trade dan fast trade. Target harganya adalah Rp 1.290 untuk MEDC dan Rp 458 - Rp 476 untuk ELSA. Christian, meskipun menyarankan strategi trading jangka pendek, mengingatkan pentingnya melihat kondisi pasar yang masih dalam tekanan.

Di sisi lain, Arandi Pradana dan Muhammad Wafi, analis dari RHB Sekuritas Indonesia, dalam riset yang dirilis 6 Januari 2025, memberikan outlook netral untuk sektor migas. Mereka merekomendasikan beli pada saham PT AKR Corporindo Tbk (AKRA), ELSA, dan MEDC dengan target harga masing-masing di Rp 1.680, Rp 560 dan Rp 1.900.

Dengan harga minyak global yang terus bergerak, investor harus tetap waspada terhadap perkembangan di pasar migas. Fluktuasi harga minyak mentah, perubahan geopolitik, dan dinamika pasar global adalah faktor-faktor yang harus dicermati dalam menentukan langkah investasi di sektor ini.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index