Bank

Pengacara dan Aktivis Gus Yasien Jadi Korban Pengeroyokan oleh Debt Collector BNI

Pengacara dan Aktivis Gus Yasien Jadi Korban Pengeroyokan oleh Debt Collector BNI
Pengacara dan Aktivis Gus Yasien Jadi Korban Pengeroyokan oleh Debt Collector BNI

Jakarta - Insiden pengeroyokan terjadi di Surabaya, Senin, 13 Januari 2024, melibatkan pengacara dan aktivis Tjetjep Mohammad Yasien, yang akrab disapa Gus Yasien. Berdasarkan keterangan putranya, Azhar S M., Gus Yasien menjadi korban kekerasan oleh sekelompok debt collector dari BNI di daerah Kebraon Selatan.

"Ijin menyampaikan dari saya anaknya Bapak Tjetjep Mohammad Yasien yang mengalami pengeroyokan oleh Deb Collector BNI di Kebraon Selatan hari ini Senin 13 Januari 2024 sekitar 19.30," ujar Azhar melalui pesan WhatsApp kepada redaksi, Selasa, 14 Januari 2025.

Kejadian bermula ketika Gus Yasien, selepas melaksanakan salat berjamaah Maghrib di Masjid Roudhotul Falah, hendak berbuka puasa di rumah makan Bapak Proko. Tidak disangka, tempat makan tersebut didatangi oleh sekelompok debt collector yang menagih hutang kartu kredit kepada Bapak Proko, pemilik rumah makan. Sayangnya, situasi memanas dan mengarah pada kejadian yang tidak diinginkan.

"Naas menimpa Bapak saya yang tidak kenal dengan para debt collector karena dianggap pengacaranya padahal pengacara Bapak Proko adalah adik saya, Ahmad Fahmi. Hingga akibat kesalahpahaman tersebut, Bapak saya dipukuli beramai-ramai di depan puluhan polisi Polsekta Karangpilang Surabaya yang sudah ada ditempat kejadian satu jam sebelum kejadian," jelas Azhar dengan perasaan kecewa.

Pasca insiden, Gus Yasien segera melapor ke Polrestabes Surabaya. Namun, di tengah proses pelaporan, beliau tiba-tiba muntah dan pingsan, sehingga harus segera dilarikan ke Rumah Sakit Pelabuhan menggunakan ambulan. Dari hasil pemeriksaan awal, Gus Yasien didiagnosa mengalami gegar otak ringan.

"Bapak kondisinya kurang baik, pak. Setelah CT scan, didiagnosa gegar otak, sekarang beliau tidak sadarkan diri," ujar Ahmad Fahmi, putra Gus Yasien, saat ditanya mengenai kondisi terkini sang ayah oleh redaksi tadi malam.

Insiden ini memicu kekecewaan mendalam dari pihak keluarga, terutama terhadap sikap aparat kepolisian yang berada di lokasi saat kejadian berlangsung. Harapan untuk mendapatkan perlindungan dan tindakan tegas dari pihak kepolisian justru tidak tercapai.

"Ini ada polisi namun hanya diam, tidak berusaha melindungi," ungkap Azhar dengan nada penuh kekecewaan melalui pesan WhatsApp.

Kejadian ini menyoroti masalah penanganan aparat keamanan dalam insiden kekerasan di tempat umum. Diharapkan ke depan, ada tindakan lebih savas dan responsif dari pihak polisi untuk mencegah terjadinya kekerasan semacam ini, khususnya yang melibatkan pihak-pihak yang tidak bersalah.

Insiden pengeroyokan terhadap Gus Yasien bukan hanya menambah deretan panjang kasus kekerasan terhadap para profesional hukum di Indonesia tetapi juga menimbulkan pertanyaan serius terkait perlindungan hak asasi manusia. Sebagai seorang pengacara dan aktivis, semestinya Gus Yasien memperoleh pengamanan dari tekanan atau kekerasan eksternal, apalagi yang muncul karena kesalahpahaman identitas.

Pihak keluarga berharap agar kasus ini segera mendapat perhatian serius dari pihak berwenang, termasuk dari BNI sebagai pihak yang terlibat secara tidak langsung dalam insiden tersebut. Ada kebutuhan mendesak akan klarifikasi dan tindakan hukum yang adil untuk memastikan pihak mana yang harus bertanggung jawab atas insiden kekerasan ini.

Hingga berita ini ditulis, pihak kepolisian belum memberikan pernyataan resmi mengenai insiden tersebut, termasuk tindakan lebih lanjut yang akan diambil terkait penyerangan terhadap Gus Yasien ini. Sebagai langkah hukum, keluarga berencana untuk mengawal kasus ini hingga mendapatkan keadilan yang seharusnya.

Bagi masyarakat, kejadian ini menjadi pelajaran penting mengenai pentingnya menanggapi setiap persoalan hukum dengan kepala dingin dan sesuai prosedur, serta menuntut agar aparat penegak hukum lebih tanggap dan siap melindungi setiap warganya. Dengan demikian, memang diperlukan peningkatan koordinasi dan komunikasi di antara aparat penegak hukum dan lembaga terkait untuk meminimalkan insiden serupa di masa mendatang.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index