Optimisme tinggi tengah meliputi Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di bawah pimpinan Erick Thohir. Menteri yang dikenal sebagai Ketua Umum Persatuan Sepak bola Seluruh Indonesia (PSSI) ini menyampaikan keyakinannya bahwa setoran dividen perusahaan pelat merah ke kas negara tahun ini akan mencapai hasil yang positif. Fokus pada optimalisasi berbagai peluang baru menjadi strategi utama BUMN dalam mencapai target ambisius tersebut.

Mengacu pada pencapaian tahun 2024, BUMN berhasil membukukan setoran dividen ke negara sebesar Rp 86,38 triliun. Angka ini tidak hanya melampaui target awal yang dipatok oleh Menteri Erick, senilai Rp 85,8 triliun, tetapi juga mencatatkan pertumbuhan 5,93 persen dibanding tahun sebelumnya. Laporan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Kementerian Keuangan menegaskan bahwa realisasi dividen ini telah mencerminkan 100,62 persen dari target pemerintah.

Kontribusi signifikan datang dari Himpunan Bank Milik Negara (Himbara), yang menyumbang Rp 49,52 triliun, atau sekitar 57,39 persen dari total dividen. Angka ini menunjukkan peningkatan dari tahun 2023, di mana Himbara menyetor Rp 40,84 triliun ke kas negara.

Melihat keberhasilan tersebut, Menteri Erick merencanakan target lebih tinggi untuk dividen BUMN pada tahun ini, dengan angka Rp 90 triliun sebagai patokan. Ia menegaskan bahwa ini bukan hanya soal angka semata, tapi merupakan suntikan positif bagi pemerintahan Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka. "Kami memandang kenaikan target dividen ini sebagai motivasi tambahan bagi pemerintah untuk meningkatkan pemasukan negara dari berbagai sektor," ujar Erick dalam pernyataan yang dikutip pada Senin, 13 Januari 2025.

Peningkatan target setoran dividen didukung oleh keyakinan Erick bahwa performa BUMN terus membaik. Ia menyebut, “Saya yakin dengan semangat BUMN untuk memaksimalkan potensi yang telah ada, sekaligus mengeksplorasi peluang baru.”

Untuk memastikan tercapainya target ambisius di tahun 2025, Erick menginstruksikan agar perusahaan pelat merah berfokus pada efisiensi dalam operasional mereka. "Kita harus menjadikan efisiensi sebagai prioritas agar target dividen 2025 dapat tercapai," tambah Erick.

Di sisi lain, Ekonom Center of Reform on Economics (Core) Yusuf Rendy melihat bahwa target dividen BUMN yang mencapai Rp 90 triliun merupakan tantangan besar. "Saya melihat pencapaian target tersebut sangat bergantung pada kestabilan BUMN dan juga faktor eksternal lainnya," kata Yusuf kepada Rakyat Merdeka.

Kestabilan tersebut, menurut Yusuf, termasuk volatilitas harga komoditas global, yang dapat mempengaruhi BUMN berbasis komoditas secara signifikan. "Perubahan harga komoditas global yang dapat terjadi secara tiba-tiba bisa menjadi tantangan tersendiri bagi kinerja BUMN terkait," jelasnya.

Untuk menghadapi berbagai tantangan ini, strategi pengembangan bisnis serta diversifikasi usaha dirasa perlu menjadi perhatian utama. Menggali potensi teknologi, energi terbarukan, dan pengembangan sektor strategis lainnya adalah beberapa langkah yang bisa diambil oleh BUMN untuk memastikan pertumbuhan yang berkelanjutan.

Dengan mencatat sejarah membanggakan dari prestasi tahun lalu serta langkah strategis yang akan diambil, target dividen tahun ini bukan hanya sekadar angka bagi Erick dan BUMN di bawah naungannya. Ini adalah langkah nyata dalam menunjang pemerintahan Presiden Prabowo dan Wakil Presiden Gibran dalam membangun perekonomian nasional yang lebih kuat dan mandiri.

Dalam menghadapi tantangan dan ketidakpastian ekonomi global, sinergi antara pemerintah dan BUMN menjadi kunci utama. Diharapkan timbulnya inovasi dan peningkatan dalam sektor-sektor BUMN dapat menjadi penopang bagi perekonomian nasional, memberikan kontribusi maksimal untuk masyarakat dan negara.

Erick Thohir serta semua elemen terkait di pemerintahan dan BUMN harus terus siap menghadapi dinamika ekonomi global sembari memastikan strategi yang diterapkan tetap relevan dan adaptif sesuai dengan perkembangan zaman. Dengan membawa visi yang jelas dan komitmen yang kuat, target dividen Rp 90 triliun pada tahun ini bisa menjadi kenyataan yang membanggakan.