Dalam dinamika perdagangan global, harga minyak mentah menunjukkan tren pemulihan yang signifikan, sementara minyak sawit (crude palm oil/CPO) mengalami tekanan akibat sentimen pasar yang fluktuatif. Pada penutupan perdagangan Senin, harga minyak mentah global mengalami kenaikan yang didorong oleh optimisme mengenai meningkatnya permintaan dari negara-negara pembeli utama, termasuk Tiongkok dan India. Namun, di sisi lain, harga CPO harus terjepit di tengah sentimen pasar yang berubah-ubah.
Harga Minyak Mentah Menguat
Harga minyak mentah mencatat peningkatan sekitar 2 persen pada penutupan perdagangan Senin. Lonjakan ini didorong oleh spekulasi bahwa sanksi baru dari Amerika Serikat terhadap minyak Rusia akan membuat pembeli dari India dan China mencari pemasok alternatif. Berdasarkan laporan dari Reuters, harga minyak mentah Brent naik sebesar USD 1,25 atau 1,6 persen, mencapai USD 81,01 per barel. Sementara itu, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS mengalami kenaikan USD 2,25 atau 2,9 persen, menjadi USD 78,82 per barel.
Pemulihan harga ini juga didukung oleh optimisme bahwa permintaan minyak dari Tiongkok akan menguat menjelang perayaan Tahun Baru Imlek di akhir bulan ini. Data dari Tiongkok menunjukkan peningkatan ekspor untuk bulan kesembilan berturut-turut pada Desember dan kenaikan impor secara tak terduga. Meskipun demikian, kenaikan harga minyak dibatasi oleh proyeksi ekspor yang lebih rendah dari surveyor kargo, yang melaporkan adanya penurunan ekspor sebesar 21,4 persen hingga 26,8 persen pada 1-10 Januari.
Pasar Batu Bara dan Logam Mengikuti Tren Positif
Selain minyak mentah, harga batu bara turut mengalami kenaikan pada penutupan perdagangan Senin. Menurut bursa ICE Newcastle di Australia, harga batu bara untuk kontrak pengiriman Februari 2025 naik 0,50 persen menjadi USD 115,50 per ton. Kenaikan ini mencerminkan tren serupa dengan peningkatan harga minyak, menunjukkan adanya sentimen positif di pasar komoditas energi.
Di pasar logam, harga nikel juga mencatat kenaikan sebesar 1,55 persen pada penutupan perdagangan Senin, dengan harga mencapai USD 15.901 per ton berdasarkan catatan London Metal Exchange (LME). Kenaikan harga nikel menunjukkan adanya optimisme dalam permintaan logam industri yang merupakan bahan penting dalam berbagai sektor manufaktur.
Di sisi lain, harga timah mengalami sedikit penurunan pada perdagangan hari yang sama, turun 0,07 persen dan menetap di USD 29.866 per ton. Fluktuasi harga timah menunjukkan dinamika pasar logam yang masih dipengaruhi oleh beragam faktor global.
Harga CPO Tertekan Sentimen Pasar
Berbeda dengan tren positif di komoditas energi dan logam, harga minyak sawit (CPO) mengalami penurunan pada penutupan perdagangan Senin. Berdasarkan data dari Trading Economics, harga CPO turun 0,40 persen menjadi MYR 4.486 per ton. Penurunan ini terjadi meskipun harga minyak sawit berjangka Malaysia sempat melonjak sekitar 2 persen hingga melampaui MYR 4.460 per ton, didorong oleh data industri terbaru yang menunjukkan penurunan persediaan selama tiga bulan berturut-turut menjadi 1,71 juta metrik ton pada akhir Desember.
Selain itu, produksi minyak sawit mengalami penurunan sebesar 8,3 persen pada bulan Desember dibandingkan dengan November, mencapai 1,49 juta ton. Meskipun ada penurunan dalam persediaan dan produksi yang seharusnya mendorong kenaikan harga, CPO tetap tertekan akibat kekhawatiran akan permintaan yang melemah pada kuartal pertama tahun 2025.
Beberapa pelaku pasar memproyeksikan bahwa permintaan minyak sawit kemungkinan akan tetap lesu akibat persaingan ketat dengan minyak goreng lain yang menawarkan harga lebih kompetitif. Selain itu, kehati-hatian pasar meningkat menjelang data impor India untuk bulan Desember, yang diperkirakan akan dirilis akhir pekan ini.
Pasar komoditas global menunjukkan dinamika yang beragam pada awal pekan ini. Meningkatnya harga minyak mentah memberikan sinyal optimisme di tengah sanksi AS terhadap Rusia dan peningkatan permintaan dari Asia. Namun, harga CPO menghadapi tantangan akibat persaingan harga dan sentimen pasar yang berubah-ubah. Seperti yang dikatakan seorang analis pasar, "Dengan dinamika saat ini, pelaku pasar harus lebih jeli memantau perubahan kebijakan global yang dapat mempengaruhi tren harga komoditas."
Penutupan perdagangan Senin ini menjadi bukti bahwa meskipun ada potensi pemulihan dan pertumbuhan, volatilitas pasar masih menjadi tantangan yang harus dihadapi para pelaku industri secara hati-hati dan strategis.