Pemerintah Indonesia kembali menunjukkan komitmennya dalam mendorong penggunaan kendaraan ramah lingkungan dengan menerbitkan peraturan baru terkait pajak penjualan atas barang mewah (PPnBM) untuk mobil listrik. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati telah menandatangani Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No. 135/2024 yang memberikan diskon PPnBM 100% untuk mobil listrik sepanjang tahun 2025. Kebijakan ini menjadi sinyal positif bagi pelaku industri otomotif dan konsumen yang ingin beralih ke kendaraan listrik.
PMK No. 135/2024, yang diresmikan pada 31 Desember 2024, bertujuan untuk memperkuat keberlanjutan kebijakan pemerintah dalam mendorong adopsi kendaraan bermotor listrik berbasis baterai (BEV). Diskon pajak ini terbagi menjadi dua kategori utama. Pertama, PPnBM untuk impor mobil listrik berbasis baterai dalam keadaan utuh (completely built up/CBU) yang akan ditanggung pemerintah. Kedua, untuk penyerahan mobil listrik berbasis baterai dalam keadaan terurai (completely knocked down/CKD) juga akan ditanggung pemerintah, sebagaimana dijelaskan dalam Pasal 3 ayat (1) dan (2) beleid tersebut.
"PPnBM yang ditanggung pemerintah sebagaimana dimaksud akan diberikan mulai dari masa pajak Januari 2025 hingga Desember 2025," demikian bunyi Pasal 3 ayat (3).
Kebijakan diskon pajak ini mendapat respons positif dari berbagai pabrikan otomotif besar yang beroperasi di Indonesia. PT Honda Prospect Motor (HPM) adalah salah satunya. Yusak Billy, Sales & Marketing and After Sales Director PT Honda Prospect Motor, menyatakan apresiasinya terhadap upaya pemerintah. "Kami akan mempelajari lebih lanjut aturan teknis dari insentif ini untuk penerapannya pada produk kami," ujar Billy kepada sejumlah media, termasuk Bisnis, pada Kamis, 9 Januari 2025.
Sebagai bagian dari visi elektrifikasi di Indonesia, Honda siap memperkenalkan model BEV terbaru, Honda e:N1 atau yang dikenal dengan HR-V listrik, pada tahun 2025. Model ini sebelumnya telah dirilis di China dan Eropa dengan nama berbeda. Billy juga memastikan bahwa peluncuran Honda e:N1 akan dilakukan pada semester pertama tahun depan. “Sebisa mungkin semester I rencananya kami luncurkan,” tambah Billy.
Di sisi lain, PT Toyota Astra Motor (TAM) juga menyambut aturan terbaru ini dengan antusiasme. Marketing Director TAM, Anton Jimmi Suwandy, mengungkapkan bahwa ini adalah bentuk perpanjangan dukungan pemerintah yang sudah ada sebelumnya. "Tetap ada potensi [pasar BEV bertumbuh], khususnya di kota besar seperti Jakarta," kata Anton saat ditemui Bisnis, Rabu, 8 Januari 2025.
Namun, Anton menekankan pentingnya kombinasi penggunaan mobil listrik dengan hybrid electric vehicle (HEV) untuk memastikan pertumbuhan pasar yang lebih menyebar di seluruh Indonesia. Saat ini, Toyota memang sudah mengembangkan model-model hybrid dengan keberhasilan yang signifikan, terutama dengan model lokal seperti Kijang Innova Zenix Hybrid.
Data dari Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) menunjukkan peningkatan penjualan BEV di Indonesia. Hingga November 2024, penjualan mencapai sekitar 45.852 unit, melonjak 230,9% secara tahunan (year-on-year/YoY). Dengan insentif fiskal yang diperkenalkan pemerintah untuk tahun 2025, angka ini diharapkan dapat terus meningkat.
Tren pertumbuhan kendaraan listrik tidak hanya terjadi di Indonesia. Secara global, penjualan BEV juga diproyeksikan meningkat signifikan. Berdasarkan laporan S&P Global Mobility, penjualan global BEV diperkirakan akan naik 30% pada 2025, mencapai 15,1 juta unit. Penguasaan pangsa pasar BEV juga diperkirakan meningkat menjadi 16,7% dibandingkan 13,2% di tahun sebelumnya.
China tetap menjadi pionir dalam adopsi kendaraan listrik dengan proyeksi pangsa pasar sebesar 29,7% pada 2025. Meski menghadapi persaingan ketat dan tantangan pasokan, pertumbuhan di China diperkirakan masih kuat. Di sisi lain, proyeksi penjualan di Eropa dan Amerika Serikat juga menunjukkan tren yang positif.
Di Eropa, dengan peningkatan penjualan BEV sebesar 43%, akan menguasai pangsa pasar sebesar 20,4% pada 2025, meskipun Jerman menghadapi tantangan karena pengurangan subsidi. Sedangkan di Amerika Serikat, pasar BEV diprediksi tumbuh hingga 36%, dipengaruhi oleh kebijakan pemerintahan baru yang mungkin memperbarui insentif.
India, meski masih tahap awal, juga mengalami pertumbuhan signifikan dengan proyeksi peningkatan penjualan BEV sebesar 117% di tahun depan. Ini menegaskan komitmen global untuk beralih ke kendaraan ramah lingkungan dengan dukungan kebijakan pemerintah.
Namun, di samping peluang, terdapat sejumlah tantangan yang perlu dihadapi. Infrastruktur pengisian daya, rantai pasokan baterai, serta dukungan teknologi dan kebijakan global menjadi beberapa faktor kunci yang menentukan kecepatan adopsi kendaraan listrik di masa mendatang.
Dengan kebijakan diskon PPnBM yang baru ini, pemerintah berharap agar Indonesia dapat menempatkan diri sebagai salah satu pasar besar mobil listrik di Asia Tenggara, sejalan dengan visi global menuju masa depan otomotif yang lebih bersih dan berkelanjutan.