Jakarta - Dalam ekosistem ekonomi kreatif, kekayaan intelektual atau intellectual property (IP) lokal memiliki potensi yang signifikan untuk menjadi salah satu pilar utama yang dapat membawa Indonesia ke panggung dunia. Meski demikian, perjalanan IP lokal untuk bersaing di pasar global tidaklah mudah. Daya saing dan pengembangan IP lokal masih menghadapi sejumlah tantangan yang perlu diinvestigasi lebih lanjut oleh para pemangku kepentingan.
Danny Oei Wirianto, Chief Business Officer GDP Venture, memaparkan bahwa banyak IP lokal belum dikembangkan secara optimal. Hal ini, menurut Danny, bukan karena kurangnya kreativitas dari para pencipta IP, melainkan kurangnya dukungan dari sisi bisnis yang sering menjadi hambatan utama, Selasa, 21 Januari 2025.
"Banyaknya dari IP creators kita itu sangat berbakat, mereka sangat kreatif. Namun, kita sering melihat, ada yang namanya otak kiri dan otak kanan; kadang mereka tidak memiliki dukungan atau partner yang memikirkan sisi bisnisnya," ujar Danny saat menjadi pembicara di acara IP Expo Indonesia 2025 yang berlangsung di Kempinski, Selasa, 21 Januari 2025.
Danny menekankan bahwa para pencipta IP seringkali memiliki pola pikir idealis dalam menciptakan sesuatu, namun sering kali gagal mengembangkannya menjadi bisnis yang dapat bertahan atau meluas ke pasar global.
"Selalu berpikiran idealis untuk menciptakan sesuatu, tapi tidak pernah mengembangkannya menjadi bisnis yang bisa bertahan atau berkembang ke tingkat global," tambahnya.
Danny juga menyoroti beberapa pencapaian IP lokal yang mulai menunjukkan potensi besar, seperti karakter "Jumbo" dan "Nusa", yang mendapatkan perhatian signifikan di pasar.
“Mereka menciptakan IP-IP baru seperti Jumbo, dan mereka juga baru saja mengakuisisi IP dengan nama Nusa, yang merupakan IP Indonesia. Jika kita terus berorientasi pada IP asing, seperti dari Malaysia, yang tidak memiliki hubungan dengan kita, maka kita kehilangan kesempatan untuk memajukan IP lokal kita sendiri," lanjut Danny.
“Kita ingin IP kita diberi kesempatan untuk berhasil. Ini merupakan upaya kita untuk memberikan dukungan,” pungkasnya dengan penuh penekanan.
Danny menambahkan bahwa agar IP lokal bisa bersaing dengan IP global, diperlukan investasi besar. "Untuk mengembangkan IP ini bukan uang kecil. Butuh komitmen, pemasaran yang kuat, dan investasi awal untuk memproduksi merchandise dan mainan. Ini memerlukan komitmen besar dari pencipta IP untuk berinvestasi," jelasnya lebih lanjut.
Investasi dan komitmen adalah kunci utama. Pelaku industri diharapkan untuk lebih serius dalam menangani pengembangan IP, mulai dari investasi dalam pemasaran hingga produksi. Danny percaya bahwa dengan strategi dan dukungan yang tepat, IP lokal Indonesia dapat merambah pasar global dan bersaing secara kompetitif.
Namun, tidak semua IP lokal mengalami kesulitan yang sama. Beberapa IP seperti "Jumbo" dan "Nusa" telah menunjukkan prospek yang baik dengan mendapatkan perhatian dari pasar. Keberhasilan ini dapat menjadi contoh inspiratif bagi pencipta IP lain di Indonesia untuk terus berusaha dalam mengembangkan ide kreatif mereka secara lebih luas dan menjadikannya kekuatan ekonomi yang nyata.
Dengan adanya dukungan dari masyarakat dan pemerintah, diharapkan bahwa pengembangan IP lokal akan semakin mendapatkan perhatian dan investasi yang layak. Danny berharap, perkembangan ini akan membuka lebih banyak peluang bagi IP lokal untuk dikenal di panggung dunia serta berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi kreatif di Indonesia secara signifikan.