Jakarta – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Kepulauan Riau (Kepri) mengambil langkah strategis dalam meningkatkan literasi keuangan di wilayah tersebut. Bertujuan untuk memajukan masyarakat yang lebih melek finansial, OJK menargetkan kenaikan indeks literasi keuangan hingga 90 persen pada tahun 2025. Target ambisius ini meningkat signifikan dari angka 65 persen yang diharapkan tercapai pada tahun 2024.
Mengomentari target ini, Kepala OJK Kepri, Sinar Danandjaya, menegaskan pentingnya pemahaman masyarakat terhadap manfaat dan risiko penggunaan produk jasa keuangan. “Pada 2024, indeks literasi keuangan di Kepri diproyeksikan berada di angka 65 persen, sementara inklusi mencapai 75 persen. Artinya, terdapat sekitar 10 persen masyarakat yang sudah menggunakan produk keuangan namun belum sepenuhnya memahami manfaat dan risikonya. Kami menetapkan target literasi keuangan mencapai 90 persen pada 2025,” Senin, 20 Januari 2025.
Keputusan ini merupakan bagian dari visi jangka panjang dalam mendukung Generasi Emas 2045, di mana OJK berkomitmen untuk mencapai target indeks inklusi keuangan nasional sebesar 98 persen. “Untuk mencapai target jangka panjang ini, kami terus melakukan edukasi dan melibatkan seluruh pelaku jasa keuangan. Selain itu, pada 2025, literasi keuangan juga akan mencakup edukasi tentang layanan BPJS,” tambahnya.
Menyadari pentingnya literasi keuangan dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat, OJK Kepri mengidentifikasi bahwa literasi keuangan yang baik dapat berkontribusi langsung pada penurunan angka kemiskinan di wilayah tersebut.
“Ketika masyarakat memahami produk keuangan, seperti tabungan, kredit, dan asuransi, mereka akan lebih mampu mengelola keuangan pribadi guna meningkatkan kesejahteraan. Literasi keuangan berkaitan erat dengan inklusi. Dengan edukasi yang efektif, masyarakat dapat mengakses layanan keuangan, misalnya dengan memanfaatkan pasar modal. Kami menyasar tiga kabupaten kota di Kepri, yakni Batam, Bintan, dan Tanjungpinang untuk memastikan peningkatan inklusi keuangan,” jelas Sinar.
Dalam upaya mendistribusikan pengetahuan ini secara merata, OJK Kepri mendorong semua pelaku jasa keuangan untuk aktif terlibat dalam program literasi keuangan, khususnya di daerah terpencil. Kerja sama dengan lembaga perbankan, asuransi, dan perusahaan Teknologi Finansial (fintech) menjadi kunci dalam mengedukasi masyarakat agar lebih memahami manfaat dan risiko dari produk keuangan.
“Kami berharap lembaga perbankan, asuransi, hingga perusahaan fintech dapat berkolaborasi mendorong literasi keuangan yang lebih baik agar masyarakat bisa lebih memahami manfaat dan risikonya,” pungkas Sinar.
Tantangan dalam meningkatkan literasi keuangan memang tidak mudah. Namun, dengan kolaborasi yang solid antara pemerintah, pelaku industri jasa keuangan, dan pihak terkait lainnya, diharapkan masyarakat Kepri dapat lebih siap dan bijaksana dalam menghadapi berbagai pilihan keuangan di masa depan. Upaya ini tidak hanya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan individual, tetapi juga untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang lebih inklusif dan berkelanjutan di Kepulauan Riau.
Dengan strategi yang komprehensif dan dukungan dari berbagai pihak, cita-cita OJK Kepri untuk mencapai literasi keuangan sebesar 90 persen pada 2025 diharapkan dapat terealisasi, membawa dampak positif bagi ekonomi dan kesejahteraan masyarakat Kepri secara keseluruhan.