Energi

Dampak Subsidi HGBT: Industri Keramik Mendapat Angin Segar Pengurangan Biaya Energi Hingga 26%

Dampak Subsidi HGBT: Industri Keramik Mendapat Angin Segar Pengurangan Biaya Energi Hingga 26%
Dampak Subsidi HGBT: Industri Keramik Mendapat Angin Segar Pengurangan Biaya Energi Hingga 26%

JAKARTA — Asosiasi Aneka Industri Keramik Indonesia (Asaki) menyambut baik kebijakan harga gas bumi tertentu (HGBT) yang terbukti menurunkan biaya komponen energi dalam total modal produksi hingga 26 persen. Kebijakan ini tidak hanya mengurangi beban biaya produksi, tetapi juga memberikan dampak ekonomi yang signifikan bagi industri keramik di Indonesia.

Potensi dan Dampak Ekonomi dari HGBT

Kehadiran kebijakan HGBT memiliki potensi besar dalam mendongkrak pertumbuhan industri keramik nasional. Subsidi ini berfungsi sebagai pendorong utama diferensiasi kompetitif Indonesia dalam sektor keramik global. Ketua Umum Asaki, Edy Suyanto, menegaskan pentingnya kebijakan ini dalam sambutannya di Jakarta, Senin. "Kehadiran HGBT telah memberikan multiplier effect yang besar seperti investasi baru dan penyerapan jumlah tenaga kerja disamping kontribusi pembayaran pajak kepada negara," katanya.

Implementasi di Wilayah Jawa

Edy menjelaskan bahwa di wilayah Jawa bagian barat, kebijakan ini telah dilaksanakan secara penuh, memungkinkan industri keramik untuk memanfaatkan penurunan biaya energi. Namun, di Jawa bagian timur, meski telah diberlakukan sejak tahun 2020, kebijakan ini memberlakukan pembatasan pemakaian atau kuota sebesar 70-75 persen dari volume kontrak gas. Ini menunjukkan bahwa wilayah tersebut masih memiliki ruang untuk optimalisasi lebih lanjut.

Harapan untuk Perpanjangan Kebijakan

Pihak Asaki berharap bahwa pemerintah akan mengambil langkah cepat untuk memperpanjang kebijakan HGBT hingga Januari 2025. Edy menekankan betapa pentingnya dukungan subsidi ini bagi kelangsungan industri keramik, mengingat sektor ini bergantung pada energi yang tinggi dalam proses produksinya.

Sejalan dengan Edy, Ketua Forum Industri Pengguna Gas Bumi (FIPGB), Yustinus Gunawan, mengingatkan bahwa kenaikan harga gas dapat berpotensi menghambat pertumbuhan ekonomi nasional di tahun 2025. "Kebijakan harga gas yang sangat tinggi berpotensi menghambat pertumbuhan ekonomi nasional," ujar Yustinus, menekankan pentingnya pengendalian harga gas oleh pemerintah.

Harga Gas di Pasar Internasional

Edy juga menyentuh topik terkait harga gas regasifikasi yang baru-baru ini mengalami kenaikan drastis, mencapai hampir 2,5 kali lipat dari ketetapan HGBT, yakni sebesar 16,77 dolar AS per MMBTU. "Dengan kebijakan tersebut artinya ini merupakan harga gas termahal di kawasan Asia Tenggara," tambahnya.

Kenaikan biaya energi tentu menjadi tantangan besar bagi industri keramik domestik. Untuk mengatasi situasi ini, Edy dan Yustinus sepakat bahwa perlu ada upaya lebih lanjut dari pemerintah untuk memastikan harga gas tetap stabil dan terjangkau. Intervensi bisa berasal dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dengan rekomendasi strategis dari Kementerian Perindustrian.

Sektor Manufaktur Lain dan Prospek HGBT

Program HGBT tidak hanya menyasar industri keramik, tetapi juga enam subsektor lainnya, yaitu pupuk, petrokimia, oleokimia, baja, gelas kaca, dan sarung tangan karet. Ini menggarisbawahi pentingnya kebijakan ini tidak hanya untuk satu industri, tetapi untuk keseluruhan ekosistem manufaktur yang padat energi.

Menurut data yang dikumpulkan, tarif biaya HGBT yang ditetapkan adalah 6,5 dolar AS per million British thermal unit (MMBTU), dan ini merupakan salah satu tarif yang kompetitif dalam rangka menjaga daya saing industri Indonesia di pasar internasional.

Mendorong Investasi dan Penciptaan Lapangan Kerja

Dampak positif dari penerapan kebijakan HGBT ini juga termasuk dalam mendorong investasi baru. Sejak kebijakan ini diberlakukan, telah terlihat peningkatan signifikan dalam minat investasi domestik maupun asing di sektor industri keramik. Lebih dari itu, program ini telah meningkatkan penyerapan tenaga kerja, membuka peluang lebih banyak bagi masyarakat untuk bekerja di industri yang dinamis ini.

Kebijakan harga gas bumi tertentu (HGBT) terbukti menjadi faktor kunci dalam menurunkan biaya produksi dan memacu pertumbuhan sektor industri keramik di Indonesia. Meski masih ada tantangan terkait harga di pasar internasional, peran strategis pemerintah dalam menjaga stabilitas harga dan memastikan kelangsungan kebijakan ini sangat krusial. Dukungan berkelanjutan tidak hanya akan menjaga daya saing industri keramik, tetapi juga memajukan pertumbuhan ekonomi nasional secara menyeluruh. Dengan semua manfaat ini, harapannya adalah bahwa kebijakan subsidi HGBT dapat diperpanjang dan diperluas cakupannya untuk masa depan yang lebih baik bagi industri keramik Indonesia.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index