Batu Bara

Harga Komoditas 23 Januari 2025: Emas Melonjak, Batu Bara dan CPO Tertekan

Harga Komoditas 23 Januari 2025: Emas Melonjak, Batu Bara dan CPO Tertekan
Harga Komoditas 23 Januari 2025: Emas Melonjak, Batu Bara dan CPO Tertekan

Pasar komoditas global pada 23 Januari 2025 menunjukkan dinamika menarik, di mana harga emas mengalami peningkatan signifikan sementara batu bara dan minyak kelapa sawit (CPO) mengalami tekanan. Lonjakan harga emas terjadi seiring dengan melemahnya dolar AS dan ketidakpastian terkait kebijakan perdagangan Presiden AS, Donald Trump. Sementara itu, batu bara dan CPO harus bertahan di tengah berbagai tantangan pasar.

Emas: Tempat Berlabuh di Tengah Ketidakpastian Ekonomi

Harga emas di pasar spot mengalami kenaikan sebesar 0,4% menjadi USD 2.755,2 per ons, mendekati level tertinggi dalam tiga bulan terakhir. Peningkatan ini terutama dipicu oleh melemahnya indeks dolar AS yang mencapai titik terendah dalam tiga minggu terakhir. Hal ini membuat emas yang dihargakan dalam dolar AS menjadi lebih terjangkau bagi pemegang mata uang lainnya.

Ryan McIntyre, manajer portofolio senior di Sprott Asset Management, mengomentari situasi ini dengan menyatakan, "Ada ketidakpastian dengan tarif yang diusulkan dan hal-hal lainnya, dan emas biasanya berkinerja baik ketika ada ketidakpastian yang besar atau bahkan sedang di pasar, itu adalah tempat yang wajar di mana orang tertarik."

Ketidakpastian ini berasal dari kebijakan tarif yang diusulkan oleh Trump, yang berencana menerapkan tarif 10% pada barang impor dari China mulai 1 Februari. "Trump mungkin sedikit kurang agresif dalam hal tarif seperti yang dikhawatirkan, yang membantu — tarif yang lebih rendah/kurang dianggap mengindikasikan inflasi yang lebih rendah sehingga berpotensi untuk lebih banyak pemotongan suku bunga," tambah Tai Wong, pedagang logam independen.

Batu Bara: Tertekan oleh Energi Terbarukan


Berpindah ke sektor batu bara, harga batu bara kontrak Februari 2025 di ICE Newcastle tercatat melemah 1,97% ke level USD 122 per metrik ton. Adapun kontrak Maret 2025 juga terkoreksi sebesar 3,25% menjadi USD 123,45 per metrik ton. Kondisi ini dipengaruhi oleh laporan dari International Energy Agency (IEA) yang menyebutkan bahwa penggunaan energi terbarukan yang tinggi akan menghambat pertumbuhan penggunaan batu bara.

Permintaan global untuk batu bara diprediksi mencapai puncaknya pada tahun 2024, sebelum akhirnya menurun akibat lonjakan daya terbarukan. "Penerapan teknologi energi bersih yang pesat tengah mengubah sektor kelistrikan global, yang menyumbang dua pertiga penggunaan batu bara dunia. Akibatnya, permintaan global terhadap batu bara akan mencapai titik jenuh hingga 2027 meskipun konsumsi listrik meningkat tajam,” jelas Keisuke Sadamori, Director of Energy Markets and Security IEA.

China, yang menjadi konsumen batu bara terbesar, masih berada di poros konsumsi batu bara dunia. Namun, negara ini juga mulai mendiversifikasi sektor kelistrikannya dengan pembangunan pembangkit listrik tenaga nuklir dan mempercepat ekspansi energi terbarukan seperti tenaga surya fotovoltaik dan angin.

CPO: Terdampak Faktor Musiman dan Cuaca

Di pasar minyak kelapa sawit atau CPO, harga komoditas ini juga mengalami penurunan. Kontrak CPO Februari 2025 di Bursa Derivatif Malaysia terkoreksi 44 poin menjadi 4.464 ringgit per ton, sementara kontrak Maret 2025 turun 37 poin ke 4.322 ringgit per ton. The Malaysian Palm Oil Council (MPOC) memperkirakan harga CPO akan berada dalam rentang 4.250 hingga 4.550 ringgit per ton pada kuartal pertama 2025. Prediksi ini mempertimbangkan persediaan yang rendah, permintaan stabil, dan pasokan minyak nabati lainnya yang terbatas.

Faktor musiman dan kondisi cuaca, seperti musim hujan, berkontribusi pada penurunan produksi CPO. MPOC menjelaskan, "Penurunan didorong oleh musim hujan, penurunan tajam impor, dan permintaan domestik yang melebihi produksi." Produksi CPO Malaysia mengalami penurunan sebesar 8,3% secara bulanan dan 4,2% secara tahunan pada Desember 2024, sementara ekspor turun 9,9% secara bulanan menjadi 1,34 juta ton.

Dengan persediaan yang diperkirakan tetap di bawah rata-rata, sekitar 1,7 juta ton pada kuartal pertama 2025, pasar CPO masih menghadapi tantangan produksi hingga musim puncak di tahun ini.

Secara keseluruhan, pasar komoditas hari ini menunjukkan variasi yang menonjol di tengah ketidakpastian ekonomi global. Dari lonjakan harga emas sebagai tempat berlindung aman hingga tantangan dalam pasar batu bara dan CPO, dinamika ini menjadi perhatian investor dalam menavigasi pasar komoditas saat ini.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index