PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) Optimis Menuai Keuntungan dari Lisensi Bank Emas

Selasa, 14 Januari 2025 | 13:05:37 WIB
PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) Optimis Menuai Keuntungan dari Lisensi Bank Emas

Jakarta - PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) bersiap memanfaatkan peluang besar untuk memajukan bisnis perbankannya setelah mendapatkan izin usaha sebagai Bullion Bank atau Bank Emas. Dengan lisensi ini, BRIS diprediksi akan mengalami lonjakan dalam layanan penyimpanan emas, pinjaman, serta cicilan emas.

Isfhan Helmy, analis dari Sinarmas Sekuritas, mengatakan bahwa langkah BRIS untuk menjadi bank emas dapat mengubah peta bisnis emas mereka yang sebelumnya terfokus pada skema cicilan. ‘’Langkah ini akan memungkinkan bisnis emas BSI berkembang lebih dari sekadar cicilan, karena model bisnis bullion bank dapat menawarkan layanan seperti pemberian pinjaman yang didukung oleh emas,’’ kata Isfhan, Selasa, 14 Januari 2025.

Proyeksi yang ada menunjukkan bahwa program cicilan emas yang dikelola oleh BSI akan mencapai 30 ton pada 2025, meningkat dua kali lipat dibandingkan posisi Desember 2024 yang sebesar 15 ton. Dengan adanya lisensi bank emas ini, BSI ini menargetkan untuk mengelola hingga 100 ton emas dalam kurun waktu lima tahun. Ini merupakan peluang pertumbuhan signifikan bagi BSI, terutama dalam segmen pinjaman dan pendanaan.

Data dari World Gold Council (WGC) menunjukkan potensi emas fisik di Indonesia dapat menembus angka Rp1.000 triliun. Dengan pembagian 50:50 antara logam mulia dan perhiasan, Isfhan mengatakan bahwa ‘’potensi besar ini dapat berkontribusi terhadap pertumbuhan layanan penyimpanan emas BSI.’’ Sebagian besar nasabah saat ini masih menggunakan brankas penyimpanan aman (safe deposit boxes), tapi peralihan menuju layanan penyimpanan emas BSI diprediksi dapat mengamankan pinjaman lebih besar.

Menurut Isfhan, penetrasi cicilan emas BSI saat ini baru sekitar 2% dari total 22 juta nasabah—setara dengan 435 ribu nasabah. Melalui lisensi bank emas, BRIS dapat memperoleh selisih (spread) lebih luas dari transaksi emas. Dengan spread cicilan emas yang saat ini kurang dari 1%, BRIS menargetkan kenaikan spread hingga sekitar 5% pasca-lisensi. Hal ini diproyeksi secara signifikan meningkatkan pendapatan berbasis biaya (fee-based income).

Bisnis pinjaman emas bank BSI diprediksi dapat berlipat ganda hingga Rp28 triliun pada 2025, dengan potensi peningkatan lebih lanjut sampai Rp100 triliun pada 2028. Kenaikan ini akan meningkatkan porsi emas dalam total pinjaman menjadi sekitar 20%, dari hanya 5% saat ini. “Kami mengantisipasi bahwa emas akan menjadi segmen terbesar kedua dari portofolio pinjaman BSI di masa mendatang, setelah pinjaman inti untuk gaji,” ujar Isfhan.

Setelah nasabah melunasi cicilan emas, diharapkan mereka memanfaatkan opsi penyimpanan di BSI, dengan kesempatan menjual kembali emas ke bank atau mengambil pinjaman dengan jaminan emas. Sinarmas Sekuritas memperkirakan 75% dari omzet cicilan emas BRIS akan menjadi simpanan, dengan simpanan emas diproyeksi berkontribusi hampir 15% terhadap total simpanan pada tahun 2028.

Kepala Riset RHB Sekuritas Indonesia, Andrey Wijaya juga optimis terhadap pertumbuhan BRIS, "Kami melihat potensi pertumbuhan yang signifikan bagi Bank Syariah Indonesia, baik dalam simpanan CASA maupun pembiayaan." Produk pembiayaan emas BSI menawarkan imbal hasil lebih tinggi yang menunjukkan peluang pertumbuhan potensial yang menguntungkan.

Rasio dana murah atau CASA BRIS tetap terjaga pada 61,8% per November 2024, dengan kredit mencapai Rp 273,796 triliun hingga November 2024, mencatat pertumbuhan 1.3% Month over Month (MoM) dan 16.8% Year over Year (YoY). Andrey merekomendasikan ‘buy’ untuk saham BRIS dengan target harga Rp 3.500 per saham. Sementara itu, Isfhan yakin dengan target harga lebih tinggi, yakni Rp 4.200 per saham.

Dengan berbagai strategi dan optimisme Analis, BRIS diharapkan dapat menjaga profil risiko yang solid dan memanfaatkan lisensi bank emas untuk meraih pertumbuhan yang pesat dan berkelanjutan di masa depan.

Terkini