Bank Indonesia Diprediksi Pertahankan BI-Rate 6% di Tengah Gejolak Pasar Global

Senin, 13 Januari 2025 | 18:43:56 WIB
Bank Indonesia Diprediksi Pertahankan BI-Rate 6% di Tengah Gejolak Pasar Global

Jakarta - Bank Indonesia (BI) diperkirakan akan mempertahankan suku bunga acuan BI-Rate pada level 6% dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) yang berlangsung pada 14-15 Januari 2025. Langkah ini dianggap penting dalam menjaga stabilitas makroekonomi domestik, terutama di tengah ketidakpastian pasar keuangan global yang meningkat. Para ekonom mengungkapkan bahwa BI memiliki sejumlah pertimbangan strategis di balik keputusan ini.

Myrdal Gunarto, Staf Bidang Ekonomi, Industri dan Global Markets di Bank Maybank Indonesia, mengatakan bahwa salah satu faktor utama keputusan tersebut adalah tingginya volatilitas di pasar keuangan global. "Apalagi kalau kita lihat sekarang, volatilitas di pasar keuangan global juga sedang tinggi-tingginya karena faktor tensi geopolitik yang meningkat," jelas Myrdal kepada Kontan, Senin, 13 Januari 2025.

Myrdal menyebut bahwa gejolak pasar global ini terutama dipengaruhi oleh Amerika Serikat yang akan segera memasuki babak baru kepemimpinan di bawah Presiden terpilih Donald Trump. Kebijakan dan arah pemerintahan baru ini diperkirakan dapat mempengaruhi arus investasi dan memicu pergerakan modal yang cukup signifikan.

Selain itu, terdapat kekhawatiran terhadap pergerakan 'hot money' atau arus dana jangka pendek yang cenderung tidak stabil. "BI perlu menjaga daya tarik aset investasi dalam negeri dengan mempertahankan BI-Rate di level saat ini. Kalau saya lihat itu faktornya. Kalau dari sisi inflasi masih rendah," ungkap Myrdal lebih lanjut.

Dalam konteks domestik, BI juga menghadapi tantangan dari nilai tukar rupiah yang mengalami tekanan signifikan. Saat berita ini ditulis, nilai tukar rupiah di pasar spot bergerak melemah ke level Rp 16.279 per dolar Amerika Serikat (AS), turun 0,54% dibandingkan akhir pekan lalu. "Kalau misalkan suku bunganya turun, ada potensi rupiah bisa semakin melemah karena ada potensi outflow yang terus terjadi," terang Myrdal.

Senada dengan Myrdal, Ekonom Bank Danamon Hosianna Evalita Situmorang juga memperkirakan bahwa BI akan mempertahankan suku bunga di 6%. "Perkiraannya masih tetap di 6,00%, sejalan dengan antisipasi perkembangan di global pasca rilis data ekonomi AS yang masih solid sehingga market memperkirakan Fed Fund Rate masih akan tetap di 6%," kata Hosianna.

Hosianna menyatakan, dengan momentum pelantikan Donald Trump sebagai Presiden AS pada 20 Januari 2025 mendatang, BI akan lebih berhati-hati dalam menetapkan kebijakan moneternya. Langkah ini dinilai sebagai strategi BI untuk menyiapkan diri menghadapi segala kemungkinan yang dapat muncul dari kebijakan ekonomi pemerintahan baru AS.

Preservasi BI-Rate ini bukan sekadar langkah protektif namun juga merupakan sinyal bahwa BI memprioritaskan kestabilan ekonomi di tengah dinamika luar negeri yang sukar diprediksi. Dengan mengamankan BI-Rate pada level ini, BI berharap dapat menjaga arus modal dan memastikan ekonomi Indonesia tetap tangguh menghadapi kemungkinan gejolak.

Pada akhirnya, keputusan untuk mempertahankan suku bunga diharapkan dapat memberikan ketenangan bagi pelaku pasar dan investor. Dengan memberikan kejelasan dan stabilitas di sektor moneter, langkah BI ini dapat menjaga kepercayaan pasar sekaligus meningkatkan daya saing ekonomi Indonesia di tengah tantangan global yang kompleks.

Sebagai otoritas moneter utama di Indonesia, BI terus berupaya mengawasi dan menyesuaikan kebijakan agar tetap selaras dengan dinamika global dan kebutuhan domestik. Para pelaku ekonomi pun menantikan bagaimana BI akan menavigasi kebijakan dalam situasi yang serba tak pasti ini demi menjaga pertumbuhan dan pembangunan ekonomi nasional.

Terkini